Jumat, Oktober 31, 2008

ber-UBAH agar ber-BUAH

Sudah sangat sering kita mendengar bahwa dikalangan Gereja Kristen tertentu yang mengajarkkan bahwa sebagai orang Kristen, yaitu orang yang percaya kepada Yesus Kristus pasti akan masuk surga. Tidak heran karena mereka menganut dogma Sola Vide, suatu ajaran yang mengatakan bahwa hanya iman saja yang akan menyelamatkan mereka. Ajaran ini tidak dianut oleh Gereja Katolik dimana Iman tidak dapat dilepaskan dari perbuatan nyata kita. Iman menjadi mati kalau hanya terucap dibibir dan tidak ada tindakan nyata. (bdk Yakobus 2 : 17). Cinta kepada Allah harus sejalan dengan cinta terhadap sesama (bdk Luk 11 : 42).

Juga sering kali mereka menyebut orang-orang yang telah mengenal Kristus sebagai orang yang telah ‘bertobat’. Dengan telah ‘bertobat’ atau masuk agama Kristen berarti mereka sudah di-‘selamat’-kan. Seolah hidup mereka sudah sempurna dan pasti masuk surga. Cukup ‘satu kali’ bertobat, yaitu dengan mulut mengatakan bahwa sudah percaya kepada Kristus, seolah surga sudah berada dalam genggaman mereka. Sekali lagi, menurut ajaran Gereja Katolik, pertobatan harus dilakukan setiap hari, setiap jam bahkan setiap detik. Pertobatan adalah suatu tindakan untuk melawan kecenderungan berbuat dosa yang selalu menguasai kita sebagai manusia. Bertobat harus diikuti dengan tindakan menghasilkan buah yang baik (bdk Mat 3 : 8 & 10).

LANGKAH LANGKAH PERTOBATAN

Bertobat artinya mengakui kedosaan kita. Bertobat juga mengandung unsur penyesalan dan membangun niat untuk tidak melakukannya lagi. Pertobatan bukanlah hal mudah karena memang tidak mungkin dilakukan dengan kekuatan manusia sendiri. Bertobat artinya manusia tidak lagi hanya mengandalkan kekuatannya sendiri tetapi membiarkan dirinya dipimpin oleh Roh (Gal 5 : 25). Bahkan seorang Santo Paulus-pun mengakui bahwa didalam dirinya tidak ada sesuatu yang baik dan selalu melakukan hal-hal yang tidak dikehendakinya yaitu yang jahat (bdk Rm 7 : 18 – 25). Beberapa langkah dibawah ini, meski tidak sempurna, mungkin dapat membantu kita memulai langkah pertobatan.

Pertama, harus dimulai dengan komitmen pribadi. Komitmen adalah suatu keputusan pribadi untuk tetap melakukan sesuatu walau berbagai halangan datang mengganggu merintangi. Komitmen untuk bertobat adalah suatu komitmen untuk berubah, menanggalkan cara hidup yang lama dan menjadi manusia baru yang melakukan kehendak Allah. Komitmen pribadi untuk bertobat merupakan suatu keputusan tepat didalam menggunakan kehendak bebas dan merupakan jawaban atas inisiatif Allah yang hendak menyelamatkan manusia.

Kedua. Memohon kekuatan dan rahmat kebijaksanaan dari Allah. Sekuat apapun komitmen yang telah kita ucapkan dan niatkan, tidak akan pernah cukup memberi kakuatan kepada kita untuk berubah menjadi lebih baik. Kekuatan dari Allah dapat diperoleh melalui Ekaristi, doa dan pembacaan Kitab Suci (bdk Rm 1 : 16 – 17). Ingat …. setan tidak akan tinggal diam melepaskan manusia berdosa untuk kembali kepada Allah. Dengan liciknya, setan akan mengambil segala cara untuk tetap menempatkan manusia dibawah kendalinya. Segala tipu daya telah disiapkannya untuk tetap menguasai manusia melalui kelemahan manusia. Rahmat kebijaksanaan akan memampukan kita melaksanakan kehendak Allah sesuai konteks dan tulus berdasarkan iman.

Ketiga. Dengan komitmen pribadi dan dengan segenap kekuatan dari Allah, kita harus berani menilai diri sendiri secara jujur. Dengan rendah hati kita harus berani melihat kekurangan / kelemahan kita. INILAH LANGKAH TERSULIT. Ingat 7 (tujuh) dosa pokok ; KesomBONGan, KIkir, caBUL, GELojo/keserakahan, Iri Hati, MAlas dan MArah. Dikatakan dosa pokok karena melalui perbuatan dosa inilah akan timbul dosa-dosa turunan lainnya. Setiap manusia mempunyai satu atau lebih dosa pokok yang cenderung dominan. Melalui kelemahan yang dominan inilah biasanya setan menjerumuskan manusia jauh lebih dalam ke dalam dosa, biasanya tanpa manusia menyadarinya.

Berbagai tipu daya, segala sesuatu yang salah seolah-olah akan terlihat benar dan suci. Hati-hati ….. setan dapat menyamar seperti malaikat terang (2 Kor 11 : 14). Salah satu contoh pernah diutarakan oleh Santo Paulus dalam suratnya kepada umat di Roma yang mengatakan bahwa manusia harus berubah melalui pembaharuan budi (bdk Rm 12 : 2). Saat itu saja sudah terjadi bahwa manusia cenderung menjadikan kemampuan berfikirnya sebagai tuhan. Segala sesuatu harus diukur berdasar logika dan akal. Sesuatu yang tidak masuk diakal tidak harus dipercaya. Hal ini dilihat oleh Paulus sebagai sesuatu yang sangat berbahaya. Sekali lagi saya mau tegaskan, langkah ketiga inilah langkah tersulit. Jika kita gagal pada tahap ini, maka sebuah proses pertobatan hanya akan berjalan ditempat.

Keempat. Menjadi pelaku Firman (Yak 1 : 22). Ibadah yang murni adalah praktek kasih terhadap sesama (bdk Yak 1 : 27). Bahkan Yesus dengan tegas mengatakan bahwa yang berhak masuk ke dalam Kerajaan Allah ialah mereka yang melakukan kehendak Bapa (bdk Mat 7 : 21). Menjadi pelaku Firman sesuai dengan kehendak Bapa adalah buah dari suatu pertobatan yang sesungguhnya. Langkah ketiga diatas tidak lain adalah upaya aktif manusia untuk menjadikan hatinya menjadi tanah yang subur agar benih (Firman Allah) yang ditaburkan dapat tumbuh dan berbuah (bdk Luk 8 : 4 – 15). Dosa adalah bebatuan, semak berduri yang tumbuh didalam hati manusia.

PERTOBATAN ADALAH SEBUAH PROSES

Pastor Anthony de Mello, S.J. dalam bukunya yang berjudul “Hidup di hadirat Allah” mengatakan ‘Tobat adalah sikap dasar hidup seorang Kristen; sikap dasar yang harus selalu ada. Ia harus mengakui kedosaannya. Tidak membenarkan diri, tidak mencari dalih. Ia juga harus mengakui ketidakmampuannya untuk keluar dari kedosaannya dan kebutuhannya yang mutlak akan kuasa penyelamatan Allah yang dinyatakan dalam Kristus’.

Beberapa langkah seperti yang diutarakan diatas bukan langkah-langkah berurutan dimana langkah tertentu baru dapat dilakukan setelah langkah sebelumnya selesai dilaksanakan. Sebagai seorang Kristen kita sepakat bahwa pertobatan harus dilakukan setiap detik, artinya juga, seperti dikatakan Anthony de Mello, pertobatan adalah sikap yang harus selalu ada. Hal ini berarti bahwa komitmen pertobatan, memohon kekuatan dari Allah, kejujuran menilai diri sendiri dan melaksanakan kehendak Allah adalah sikap yang harus diusahakan dan dibangun setiap hari BAHKAN SETIAP DETIK.

Layaknya sebuah pertandingan, sebuah proses juga memiliki garis awal dan garis akhir. Setelah garis awal, maka yang harus kita lakukan adalah berjuang sekuat tenaga agar kita mempu mencapai garis akhir dan memenangkan pertandingan. Banyak dari kita mengetahui kapan kita harus memulai suatu pertobatan, tetapi tanpa sadar, banyak orang sebenarnya tidak berani berlari, memulai langkah pertama mengalami diproses untuk akhirnya sampai kepada sikap bertobat yang sesungguhnya.

Setiap kali kita mengalami kegagalan, jatuh dalam dosa dan kelemahan yang sama, kita akan mengatakan ; “ yah ….. namanya juga proses, pasti ada jatuh bangunnya …. “. Ini adalah sikap pembenaran diri. Sikap mencari dalih dengan mempersalahkan kelemahan-nya sebagai manusia. Menjalani proses pertobatan adalah menjalani sebuah pertandingan iman dimana semua perserta harus berlari, harus mampu menguasai dirinya dalam segala hal untuk memperoleh mahkota abadi (bdk 1 Kor 9 : 24 – 25).

Penting bagi kita untuk mengetahui dimana posisi kita di dalam sebuah proses pertobatan. Apakah kita baru mempersiapkan diri menuju garis awal, sedang berdiri digaris awal, apakah sudah memulai langkah pertama, ataukah tengah berlari kencang dengan berupaya keras mengatasi segala bentuk kelemahan kita. Mencari dalih dengan mengatasnamakan kelemahan kemanusiaan kita sebenarnya hanya akan menunjukan bahwa kita sebenarnya tidak pernah mengambil langkah pertama dalam proses pertobatan kita. Mencari dalih juga menunjukan bahwa kita sebenarnya enggan meninggalkan cara hidup kita yang lama. Kita masih diikat oleh ke-egoisme-an kita. Tanpa sadar, kita sebenarnya sedang ditahan oleh iblis agar kita tidak mengambil langkah pertama dalam pertandingan iman kita, mengalami di-proses dalam pertobatan.

Sikap pertobatan yang sesungguhnya adalah adalah saat kita sedang berlari kencang, berjuang keras mengatasi segala kelemahan dan tidak lagi menoleh kebelakang. Garis akhir sebuah proses pertobatan yang berhasil adalah mahkota keabadian – hidup kekal bersama KRISTUS (1 Tim 6 : 12a).

BUAH PERTOBATAN

Manusia yang dengan rela memasuki proses pertobatan berarti membiarkan dirinya dipimpin oleh Roh Kudus. Maka buah yang dihasilkan adalah buah-buah Roh seperti ; kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri (Gal 5 : 22 – 23). Siapa yang merasakan buah-buah tersebut ?

Kita analogikan sebuah pohon. Ketika sebuah pohon menghasilkan buah yang melimpah, manis dan segar, siapa yang terutama merasakannya ? Apakah pohon itu sendiri ataukah sesuatu diluar dirinya ? Tentu saja sesuatu diluar dirinya yaitu manusia yang menikmati manis dan segarnya buah dari pohon tersebut. Kalau pohon yang berbuah lebat dipagari sehingga tidak ada seorangpun yang dapat memetik dan merasakannya, maka buah tersebut akan menjadi busuk dan tidak berguna.

Demikian juga dengan buah-buah pertobatan kita, terutama harus dapat dirasakan oleh orang lain. Perbuatan kita harus dapat mencerminkan Kristus yang adalah Kasih, menunjukan kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan dan kelemahlembutan. Kehadiran kita harus membawa sukacita dan damai sejahtera. “Sebuah proses pertobatan namun masih dipagari oleh kesombongan, egoisme dan merasa diri selalu benar hanya akan membuat hati kita buta dan keras, sama seperti orang Farisi”, begitu kata Anthony de Mello dalam buku yang sama.

TUHAN MEMBERKATI