Rabu, Desember 31, 2008

PERKAWINAN DI KANA; pesan untuk tahun baru 2009

Sebagian besar dari kita sudah pernah membaca perikop Perkawinan di Kana dari Yoh 2 : 1 – 11. Perikop ini begitu ‘terkenal’ karena disinilah Yesus untuk pertama kalinya membuat mujizat dengan merubah air menjadi anggur pada sebuah acara pesta perkawinan. Namun demikian saya melihat ternyata ada pesan-pesan lain yang ingin disampaikan melalui perikop yang sudah terkesan ‘biasa-biasa’ saja ini.

Pesan Pertama. Tuan rumah dan pemimpin pesta tidak mengetahui dari mana asal anggur yang tetap baik itu walau pesta sudah berjalan beberapa waktu. Menurut kebiasaan, tertulis dalam perikop ini, bahwa anggur yang baik akan dihidangkan terlebih dahulu. Setelah para tamu minum sampai puas barulah kemudian yang kurang baik dihidangkan. Tetapi saat itu, anggur baik selalu tersedia. Mereka bersuka cita karena mereka terbebas dari rasa malu dihadapan para tamu karena kehabisan anggur.

Kehidupan kita juga seringkali serupa dengan tuan rumah ataupun pemimpin pesta tersebut. Seringkali kita tidak pernah menyadari bahwa Tuhan selalu mengerjakan mujizat-mujizat-NYA setiap hari bagi kita. Kalau kita mampu menyelesaikan suatu masalah, kita sering bangga karena kepandaian diri sendiri. Bahkan sering kita menyebut setiap keberuntungan sebagai hoki belaka. Akibatnya, jarang sekali keluar ungkapan syukur kepada Tuhan dari mulut kita. Semuanya seolah berjalan begitu saja tanpa adanya campur tangan dari Tuhan dalam kehidupan kita.

Pesan Kedua. Mujizat itu terjadi karena sikap peduli Bunda Maria melihat sesamanya yang terancam ‘dipermalukan’ dimuka umum karena kehabisan anggur. Disini menjadi jelas bahwa peran Maria dalam karya keselamatan Tuhan untuk manusia tidak berhenti setelah Maria mengatakan “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” (Luk 1 : 38) ataupun setelah Maria melahirkan Yesus di palungan. Perikop ini memberikan kepada kita sebuah kejelasan mengenai hal itu bahwa Maria tidak pernah berhenti terlibat dalam karya keselamatan Tuhan untuk manusia. Maria dengan kasih keibuannya akan selalu menunjukkan sikap kepeduliannya pada setiap kebutuhan manusia, terutama kebutuhan akan keselamatan. Kalau Maria telah ‘menyelamatkan muka’ tuan rumah dan pemimpin pesta, Maria juga senantiasa pasti akan membantu meyelamatkan kita dari belenggu dosa.

Pesan Ketiga. Pada perikop ini dikatakan bahwa Yesus berkata pelayan-pelayan untuk mengisi tempayan untuk pembasuhan dengan air sampai penuh yang kemudian kita tahu air itu kemudian berubah menjadi anggur (ayat 7-9). Apa yang ingin disampaikan disini adalah bahwa mujizat dapat terjadi melalui orang-orang ataupun hal-hal sederhana. Dalam keseharian kita, kita sering hanya mengartikan mujizat untuk hal-hal yang luar biasa seperti misalnya ; bebas dari kanker yang secara medis sudah tidak mungkin disembuhkan. Ayat ini memberi sebuah penjelasan kepada kita bahwa Tuhan juga mungkin melakukan mujizat-mujizat-NYA untuk kita melalui hal-hal sederhana. Santo Paulus menggambarkannya sebagai “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia …..” (bdk Rm 8 : 28). Sekali lagi … seringkali kita tidak mampu menyadari ini.

RUANG untuk TUHAN

Ketiga pesan ini telah memberikan kita sebuah permenungan bahwa selama ini kita kurang memiliki kepekaan terhadap campur tangan Tuhan dalam keseharian hidup kita. Segala kesibukan, kepentingan, kepandaian, kesombongan telah begitu memenuhi hati kita sehingga kita seringkali kehilangan kepekaan untuk melihat mujizat-mujizat yang Tuhan kerjakan setiap hari untuk kita.

Mari … kita song-song tahun 2009 dengan selalu menyediakan RUANG untuk TUHAN didalam hidup dan kehidupan kita sehingga kehendak-NYA selalu mendasari setiap pikiran, perkataan dan perbuatan kita dan juga selalu menyadari bahwa Tuhan Yesus serta Bunda Maria tidak pernah berhenti membantu kita dengan mujizat-mujizat yang dikerjakan Tuhan Yesus setiap hari. Dengan demikian kita akan senantiasa bersukacita, berdoa dan selalu mengucap syukur dalam segala hal …. (1 Tesa 5 : 16 – 18).

Selamat Tahun Baru 2009 – Tuhan Memberkati.

Jumat, Desember 05, 2008

MEMBANGUN SPIRITUALITAS ‘KELUARGA KUDUS’

Tak terasa kita sudah memasuki penghujung tahun 2008. Ini artinya sebentar lagi kita akan merayakan Natal. Kedatangan Tuhan dalam Natal patut kita persiapkan dengan baik. Walau setiap tahun kita rayakan, Natal selalu mampu membawa pesan yang berbeda-beda namun tetap relevan dengan situasi jamannya.


Tahun 2008 ini kita merayakan Natal didalam situasi Negara yang sedang terpuruk kehidupan perekonomiannya akibat imbas dari sisten ekonomi global yang sedang mengalami penurunan. Belum lagi kita juga saat ini sedang berhadapan dengan situasi politik yang hiruk pikuk karena sedang dan terus berlangsung pilkada-pilkada di daerah ditambah lagi tahun 2009 nanti kita akan menghadapi Pemilu dan Pilpres.

Keuskupan Agung Jakarta, melalui Buku Panduan Ibadat Adven 2008 mengajak umat, ditengah segala keprihatianan dan tantangan, untuk JANGAN TAKUT bahkan ketika kita dipilih, ketika kita diutus dan ketika kita menghadapi tantangan, karena Tuhan akan selalu beserta kita.

Belajar dari BUNDA MARIA

Siapa yang tidak kenal Bunda Maria. Semua orang Katolik pasti mengenalnya sebagai Bunda Sang Juruselamat Yesus Kristus. Namun demikian, sangat disayangkan kalau hanya mengenal Bunda Maria hanya terbatas sebagai sosok Ibu dari Yesus. Jauh lebih penting untuk mengenalnya mengapa justru sosok Maria-lah yang dipilih oleh Allah Bapa sebagai Bunda dari PutraNya.

Memang benar, sejarah mencatat sudah banyak sekali catatan tentang sosok Bunda Maria yang dikeluarkan oleh teolog-teolog besar – bahkan kita mengenal tentang Mariologi. Tak terhitung juga gelar-gelar yang telah dengan sangat layak disandang oleh Bunda Maria. Namun demikian, saya tidak sedang membahas Mariologi ataupun mengupas tentang gelar-gelar yang disandang beliau. Selain sangat banyak, jujur, saya tidak mengusai sepenuhnya karena saya memang bukan teolog. Dalam tulisan kali ini, saya akan mengangkat Bunda Maria hanya dari satu sisi saja dan saya mencoba berangkat dari bacaan Kitab Suci. Saya kutip Lukas 1 : 38. Kata Maria: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.”. Jawaban Maria sungguh berani, mengapa ? Maria yang baru dalam status bertunangan dengan Yusuf berani mengandung untuk kelak melahirkan seorang anak laki-laki. Ketika Maria menyatakan dirinya sebagai hamba Tuhan, maka rencana Tuhan segera terjadi melalui dirinya. Tidak hanya itu. Karena dirinya merasa hanya hamba Tuhan, maka Maria tidak takut dengan segala risiko yang mungkin terjadi atas kehamilan yang belum waktunya tersebut dan dia tetap setia menjalankan rencana Tuhan tersebut karena dia percaya bahwa ketika Tuhan memilihnya, maka Tuhan juga yang akan selalu menyertai dan melindunginya. Karena kerendahan hati dan kesetiaan pada panggilan hidupnya inilah, maka segala keturunan akan menyebutnya berbahagia karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadanya (bdk Luk 1 : 49 – 49). Kita dapat melihat bahwa rencana Tuhan dapat terjadi melalui orang yang rendah hati dan tetap setia pada rencana Allah. Inilah keutamaan Bunda Maria yaitu RENDAH HATI dan SETIA.

Belajar dari SANTO YUSUF

Tidak banyak yang kita ketahui tentang Santo Yusuf. Kitab Suci menyebutnya sebagai seorang dari keluarga Daud (bdk. Luk 1 : 27). Bahkan tidak pernah ter-kutip satupun kata keluar dari mulut Santo Yusuf. Namun Kitab Suci juga mencatat keutamaan dari Santo Yusuf yaitu bahwa ia seorang yang TULUS HATI. Seorang yang tulus hati tidak akan menimbang untung rugi bagi dirinya ketika berbuat suatu kebaikan karena yang penting baginya adalah tujuan kebaikan itu sendiri tercapai. Kitab Suci telah mencatat tiga kali malaikat Tuhan menjumpai Yusuf dalam mimpi. Pertama, ketika Yusuf akan menceraikan Maria diam-diam (Mat 1 : 18 – 25). Kedua, ketika Yusuf diperintahkan Tuhan untuk menyingkir ke Mesir (Mat 2 : 13 – 15). Dan ketiga ketika Yusuf dipanggil untuk kembali ke Israel sehabis menyingkir ke Mesir (Mat 2 : 19 – 23). Semua yang dikatakan Malaikat Tuhan melalui mimpinya, dia laksanakan dengan setia agar rencana Tuhan boleh terlaksana. Sekali lagi kita dapat melihat bahwa rencana Tuhan dapat juga terjadi melalui orang yang memiliki ketulusan hati dan kesetiaan tugas yang dipercayakan kepadanya oleh Tuhan. Inilah keutamaan Santo Yusuf yaitu TULUS HATI dan SETIA.

RENDAH HATI + TULUS HATI = KASIH

Subjudul diatas seperti matematika. Tidak. Saya tidak sedang mangajar matematika. Ketika sebuah kerendahan hati ditambah dengan Ketulusan hati, maka hasilnya adalah sebuah kasih. Saya yakin kita sudah akan mampu menangkap apa maksud saya ketika saya mencoba meng-analogi-kan sifat-sifat unggul yang dimiliki oleh seseorang, yang jika dipadukan akan membuat Yang Mahakuasa melakukan perbuatan-perbuatan besar melalui orang-orang tersebut (bdk Luk 1 : 49).

Kita semua tahu bahwa Yesus Kristus, Sang sumber KASIH, bahkan DIA adalah KASIH itu sendiri, lahir melalui keluarga sederhana, sebuah keluarga yang dibangun dengan berpondasikan kerendahan hati dan ketulusan hati. YESUS KRISTUS sang KASIH hadir didunia sebagai JURUSELAMAT yang akan membebaskan umat kesayangannya dari belenggu dosa melalui kematian-Nya dikayu Salib. ALLAH yang Mahakuasa mau hadir didunia, dekat dengan ciptaan-Nya sendiri melalui sebuah sarana yaitu keluarga yang dibangun dengan kerendahan hati dan ketulusan hati.

Secara sederhana, saya mau mengajak kita semua untuk membayangkan, tepatnya merenungkan, seandainya keutamaan-keutamaan tersebut kita miliki yaitu rendah hati, ketulusan hati dan kesetiaan pada rencana Allah melalui tugas dan panggilan hidup kita, apa yang akan terjadi ? Santo Paulus mampu menggambarkannya untuk kita secara amat indah bahwa “aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku …. “ (bdk Gal 2 : 20a). Melalui tindakan kasih, baik itu dalam bentuk pikiran, perkataan dan perbuatan kita, maka kita tidak hanya menjadi saksi Kristus melainkan kita telah menghadirkan kembali Kristus di dalam dunia. Karena hanya melalui PERBUATAN KASIH-lah, maka sosok Kristus akan terlihat sangat jelas bagi setiap orang. Dengan demikian, kita hidup, tetapi bukan lagi kita sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam kita. Inilah misi kita sebagai seorang Katolik yang telah menerima Baptisan Suci.

KESIMPULAN

Ternyata, teori untuk membangun sebuah totalitas hidup yang berlandaskan KASIH tidak sulit. Sebuah totalitas hidup kasih adalah keseluruhan pikiran, perkataan dan perbuatan kita hanya berlandaskan kasih semata. Teorinya mudah, tetapi prakteknya harus kita akui tidak semudah membalik telapak tangan.

Keluarga Kudus ; Yesus, Maria dan Yusuf telah memberikan kita sebuah cara, tepatnya sebuah gambaran pola hidup yang mempu melahirkan KASIH. Kerendahan hati, ketulusan hati dan kesetiaan pada rencana dan kehendak Allah ternyata mampu menghadirkan KASIH dalam ke dalam dunia. Saya mau tutup renungan kali ini dengan mengutip sebuah ungkapan hati dari Beata Teresa dari Calcuta :

“ Jika kita rendah hati, tiada yang akan menggoyahkan kita – tidak juga pujian maupun keputusasaan. Jika seseorang mengkritik kita, kita tidak akan merasa putus asa karenanya. Jika seseorang memuji kita, kita tidak akan merasa sombong ”

Tuhan Memberkati