Rabu, Juni 24, 2009

MENCURI atau MATI ?


Wow …. Pertanyaan yang terdengar sangat ekstrim. Sebuah pilihan yang sangat sulit. Apalagi kalau situasinya diumpamakan bahwa seorang ayah terpaksa harus mencuri untuk membeli makanan bagi si anak yang sedang lapar. Kalau kita pernah mendengar istilah buah simalakama, kurang lebih seperti itu. Mencuri jelas berdosa, namun jika tidak mencuri, maka mungkin akan ada seseorang yang meninggal karena sedang kelaparan.

Pertanyaan diatas muncul, ketika saya sedang mengikuti sebuah kelas Kitab Suci. Saya tidak akan menulis jawaban apa yang muncul dalam diskusi di kelas tersebut karena jawabannya juga ekstrim. Namun saya akan men-sharing-kan sebuah kisah nyata yang terjadi beberapa hari kemudian yang menimpa seorang teman yang kemudian ternyata mampu menjawab dengan sangat sederhana pertanyaan sulit diatas.

SEBUAH KASUS

Tanpa sengaja saya mendengar seorang teman sedang mengalami musibah. Salah seorang anaknya sedang dirawat di sebuah Rumah Sakit karena demam berdarah. Keluarga Katolik ini adalah keluarga yang sangat aktif baik di Lingkungan maupun disalah satu kelompok Kategorial yang diikutinya. Beberapa tahun belakangan ini sepertinya keluarga ini sedang mengalami masalah didalam keuangan keluarganya. Diusianya yang sudah tidak muda lagi, usaha kuliner yang dilakukannya saat ini pastilah sangat berat.

Mendengar salah satu warganya mengalami musibah dan harus dirawat di rumah sakit yang pastinya membutuhkan biaya yang tidak sedikit, Warga Lingkungan bergerak sangat cepat mengumpulkan dana. Beberapa orang yang telah memberi sumbangan bahkan memberi jaminan bahwa kalau sampai dana yang dikumpulkan kurang, mereka yang akan menutupi kekurangannya. Seorang warga Lingkungan segera menghubungi salah seorang anggota kelompok kategorial yang dikenalnya dimana keluarga tersebut terlibat dan mengutarakan niatnya untuk membantu meringankan biaya rumah sakit. Danapun terkumpul. Setelah seminggu dirawat di Rumah Sakit, akhirya si sakit sembuh dan biaya tercukupi.

TUHAN BERTINDAK

Seperti saya utarakan diawal tadi, melihat seluruh peristiwa ini, saya langsung teringat kembali akan pertanyaan yang pernah muncul di dalam kelas Kitab Suci. Mengapa seseorang harus mengambil opsi mencuri hanya untuk memberi makan kepada anak yang sedang kelaparan agar tidak meninggal. Apa dia sama sekali tidak punya siapa-siapa yang akan menolongnya saat mengalami kesulitan ? Apakah dia tidak memiliki Yesus yang selalu ada mendampingi kita setiap hari ?

Tuhan pernah dan terus meneguhkan saya lewat beberapa ayat Kitab Suci yang selalu saya pegang dan sharingkan pada semua orang, yaitu ; Rm 8 : 28, 1 Ptr 5 : 7 dan Pengk. 3 : 11. Tuhan akan bekerja dalam segala sesuatu dan dalam kasus teman saya diatas, Tuhan telah mengirim sahabat-sahabat seimannya di Lingkungan maupun Kategorial untuk mengirim bantuan segera.

Kita bisa melihat disini, ketika kita dekat dengan Tuhan, terlibat dalam karya-karya-Nya didunia dan selalu lekat dengan-Nya, Dia tidak akan tinggal diam melihat kesusahan anak-Nya. Jangankan mencuri, berfikir untuk mencuri-pun tidak sempat melintas dipikirannya. Kasus ini telah kembali meneguhkan saya akan kebenaran 3 (tiga) perikop diatas dan saya juga yakin pastilah akan meneguhkan kita semua.

PESAN TUHAN

Selain peneguhan diatas, saya juga percaya bahwa Tuhan juga akan memberi pesan kedepan bagi kita semua. Bukalah diri kita untuk layak dijadikan sahabat bagi siapa saja, jadikan semua orang sahabat kita, karena ketika kita menutup diri bagi orang lain, tidak mau terlibat dengan orang lain, kita mungkin sedang menutup satu pintu atau satu saluran yang mungkin kelak akan dipakai Tuhan untuk menolong kita.

Terima kasih Tuhan Yesus ….

Senin, April 13, 2009

Paskah : Pembalikan Cara Berfikir


Paskah 2009 telah kita rayakan bersama-sama minggu lalu. Perjalanan pertobatan kita dengan segala bentuk pantang dan puasa seolah telah paripurna dengan merayakan Misa selama Pekan Suci, khususnya Tri Hari Suci di Gereja. Kita akan memulai hidup yang baru setelah Paskah. Hidup yang baru ? Ya … sebagian mungkin akan merasa setelah menjalani masa Prapaskah dan Paskah itu sendiri serasa segala beban telah berlalu. ‘Sengsara’ dalam bentuk pantang dan puasa selama menjalani ‘kewajiban’ proses pertobatan telah selesai dilakukan dan sekarang sudah kembali bebas, tidak perlu lagi pantang, tidak perlu lagi puasa, tidak perlu lagi jalan salib. Sekarang kembali menjadi manusia bebas.

Benarkah demikian ? Ya .. kalau kita hanya menganggap Paskah adalah pesta rutin tahunan yang dilakukan oleh Gereja atau sekedar agenda ritual orang Katolik yang dilakukan setiap tahun, maka Paskah tidak mempunyai makna apa-apa. Padahal, menurut Santo Paulus, jika Kristus tidak bangkit, maka sia-sialah kepercayaan kita dan kita masih hidup didalam dosa kita (bdk 1 Kor 15 : 17). Santo Agustinus mengatakan bahwa Paskah adalah pesta segala pesta. Dari sinilah sebenarnya iman kita bersumber, maka sayang sekali kalau Pesta Paskah berlalu begitu saja tanpa makna apa-apa bagi kita.

Pembalikan Cara Berfikir

Dalam suatu kesempatan pengajaran diberikan oleh Romo Robby Wowor, OFM saya mendapat satu hal baru mengenai makna pertobatan yang akan saya coba bagikan didalam tulisan singkat ini. Romo Robby mengatakan bahwa pertobatan adalah sebuah proses pembalikan cara berfikir. Bagi saya, pernyataan ‘pembalikan cara berfikir’ memiliki makna yang sangat dalam sekali. Pertobatan bukan sekedar mengubah kebiasaan berperilaku, misalnya : orang yang tadinya suka berbohong menjadi tidak berbohong lagi, suka mencuri – berhenti mencuri dll. Berperilaku dosa, mencuri, berbohong dll, hanyalah kulit luar dari sebuah cara berfikir dan beriman yang salah. Orang berbohong karena takut kesalahannya diketahui orang atau takut dituntut untuk bertanggung jawab. Maka proses pertobatannya adalah ‘orang harus berani bertanggung jawab’, ini adalah pembalikan cara berfikir dari tidak mau bertanggung jawab menjadi berani memikul tanggung jawab. Jika proses seperti ini terus menerus dilakukan, maka akumulasi dari serangkaian tindakan bertanggung jawab ini akan menjadi sebuah kebiasaan baik atau habitus yang baik dan ini akan membentuk kepribadian seseorang.

Berfikir atau penggunaan akal budi ini telah menjadi masalah serius sejak jaman Para rasul dahulu. Nampaknya manusia lebih mengandalkan akal budinya dalam memecahkan berbagai persoalan kehidupannya dibandingkan dengan mengandalkan Allah. Segala sesuatu yang tidak dapat ditangkap oleh akal sehat, maka dianggap tidak benar. Santo Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma bahkan mengatakan bahwa untuk berubah seseorang harus terlebih dahulu melakukan pembaharuan budi (bdk Rm 12 : 2). Begitu juga dengan Santo Petrus dalam suratnya yang pertama meminta agar jemaat mempersiapkan akal budi, waspada dan meletakkan pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia …… (bdk 1 Ptr 1 : 13). Rupanya manusia lebih senang ‘menggunakan iman menurut terang akal budi’ daripada ‘menggunakan akal budi menurut terang iman’.

Semakin serupa dengan Allah

Pastor Bernard Haring, CSsR, seorang teolog pembaru teologi moral Katolik membawa kita lebih dalam lagi, bahwa jangan sekedar bertanya “Apa yang harus manusia perbuat?” melainkan lebih dari itu, ia bertanya, “Manusia harus menjadi seperti apa?”, atau lebih tepat lagi, “Manusia seperti apa yang Tuhan kehendaki dalam menciptakan saya?”. Moralitas kristiani, lanjut Pastor Bernard, adalah tindakan seseorang karena hubungannya yang personal dengan Kristus sendiri. Memang untuk mengetahui atau mengidentifikasi apakah sesuatu itu karya Roh Kudus atau bukan memang bukan perkara mudah.

Dalam suatu kesempatan retreat pengajar KTM di Lembah Karmel 30 Mei s/d 01 Juni 2008 yang lalu, saya menangkap satu pernyataan Sr. Skolastika, P.Karm ketika memberikan pengajaran tentang Kontemplasi, seperti ini “Semakin kita masuk dalam keheningan, semakin kita masuk dalam kontemplasi, maka kita semakin hadir didunia”. Kalimat ini begitu berkesan bagi saya dan terus menjadi bahan permenungan pribadi saya. Bagaimana tidak, selama ini kalau saya mendengar pengajaran tentang keheningan, hal yang selalu didapat ialah bahwa kita akan semakin peka mendengar kehendak Tuhan. Semakin kita mampu meng-hening-kan diri kita, maka semakin mampu kita mendengar suara Tuhan. Lalu apa yang selanjutnya yang akan kita lakukan ?

Lanjut Sr. Sko, “Semakin kita masuk ke kedalaman hati kita, disanalah kita akan bertemu dengan Tuhan. Ketika kita bertemu dengan Tuhan, maka hati kita akan menjadi selaras dengan hati Tuhan. Dengan demikian hati kita akan penuh dengan CINTA. Kita akan semakin ingin berbuat baik, malakukan karya-karya kasih karena HATI TUHAN selalu tertuju kepada dunia dan selalu ingin memberikan yang terbaik bagi manusia”. Disinilah saya menangkap maksud semakin hadir didunia. Pernyataan ini menurut saya sangat sesuai dengan maksud Pastor Bernard diatas bahwa kita harus menjadi manusia seperti apa yang Tuhan kehendaki dalam menciptakan saya.

Kesimpulan

Paskah adalah saat kita memperingati kebangkitan Tuhan kita Yesus kristus dari kematian. Kebangkitan Kristus memberi kekuatan dan kepastian kepada kita bahwa DIA yang kita imani telah berhasil mengalahkan maut dan dosa.

Namun demikian, Paskah akan benar-benar bermakna bagi hidup kita jika kita juga mau untuk berubah dengan cara membalik cara berfikir kita yang selama ini yang hanya berpusat pada diri dan kepentingan sendiri, menjadi semakin serupa dengan Allah dengan tetap menjalin komunikasi dengan Allah melalui doa-doa kita dan tetap hadir didunia menjadi kepanjangan tangan Allah.

Selamat Paskah 2009 – Tuhan Memberkati. Amin

Jumat, Februari 20, 2009

RENUNGAN “MUSIM HUJAN”

Saat ini kita tengah mengalami musim hujan. Kekhawatiran selalu menyapa mereka yang bertempat tinggal dikawasan langganan banjir. Tidurpun mungkin menjadi tidak nyenyak, takut kalau tiba-tiba air ternyata sudah masuk ke dalam rumah.

Saya ingin memulai tulisan ini dengan mengajak Anda semua untuk sedikit berimajinasi. Silakan Anda bayangkan bahwa saat in Anda sedang berada didalam mobil. Anda boleh membayangkan bahwa Andalah yang sedang mengemudikan sendiri mobil tersebut. Atau boleh juga Anda hanya berada didalam mobil dan orang lain yang sedang mengemudikan mobil tersebut.

Saat ini Anda sedang berada didalam mobil dan hari sedang hujan lebat. Diluar jendela Anda melihat air hujan turun dengan sudut kemiringan kurang lebih 45 derajat, sebuah tanda bahwa anginpun bertiup dengan sangat kencang. Dilangit sana, sesekali juga terlihat sambaran petir silih berganti.

Laju mobil tidak mungkin kencang, selain karena jangkauan pandangan kedepan yang tidak jelas karena badai, juga karena kondisi jalan yang tidak mulus. Seringkali mobil terguncang kekiri dan kekanan karena melintas dijalan yang tidak rata alias berlubang-lubang. Bahkan sesekali mobil juga harus melintasi jalan yang becek, sedikit berlumpur bahkan mau tidak mau Anda juga harus melintas diatas kubangan air yang sangat kotor.

Setelah sekian waktu berlalu akhirnya Anda tiba ditujuan Anda. Anda keluar dari mobil. Setelah keluar dari mobil Anda lihat kondisi mobil Anda. Bersih ? Pasti tidak. Lumpur menempel tebal di keempat ban mobil Anda, belum lagi yang menempel dikolong mobil Anda jika Anda ingin mencoba melihatnya kekolong mobil. Dibadan mobil juga tidak jauh berbeda; lumpur, cipratan tanah, bercak air yang kotor juga banyak menempel dibadan mobil. Mobil Anda kotor sekali – sangat kotor.

Kita harus ‘keluar’

Saya yakin, sebelum Anda keluar dari mobil Anda belum memiliki bayangan seberapa kotor mobil Anda. Atau mungkin Anda merasa tidak ada yang kotor karena memang Anda sedang berada didalam. Anda tidak dapat melihat kondisi mobil Anda karena Anda sedang berada didalam mobil.

Melalui analogi ini, saya ingin mengajak kita semua untuk melihat dosa dengan cara pandang yang sama. Tidak ada orang sombong yang akan mengatakan bahwa dirinya sombong. Tidak ada orang berdosa yang akan mengatakan bahwa dirinya berdosa. Mengapa ? Ya … sekali lagi karena yang bersangkutan sedang berada didalam kesombongan ataupun didalam dosanya sehingga ‘tidak mampu’ melihat dirinya sendiri dari sisi pandang yang lain.

Lalu bagaimana cara kita ‘keluar’ dari diri kita untuk melihat diri kita apa adanya ?

Cara pertama, mari kita belajar dari Santo Paulus yang dalam suratnya yang kedua kepada Timotius mengatakan bahwa Kitab Suci sebagai tulisan yang diilhamkan oleh Allah bermanfaat untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran ( bdk 2 Tim 3 : 15 – 17 ). Sangat jelas bahwa Kitab Suci akan meuntun manusia mengenal jati dirinya secara utuh. Romo Adrian Pristio, O.Carm dalam bukunya “LANGKAH-LANGKAH INDAH” mengatakan bahwa persoalan kronis manusia zaman sekarang ialah manusia asing dengan dirinya sendiri. Lanjut Romo Adrian, tidak mengherankan jika dalam suatu retret banyak orang terkejut melihat keadaan dirinya. Ada yang bereaksi secara defensive, yakni takut memasuki kedalaman hati, naluri, intuisi dan imaginasi. Orang takut dihadapkan pada dirinya sendiri. Aneh bukan ? Kitab Suci akan menyadarkan seseorang bahwa dirinya begitu ‘kotor’.

Cara kedua, saya masih ingat dalam satu Misa ( antara tahun 1999 – 2000 ), dalam homilinya Romo Yohanes Indrakusuma, O.Carm pernah mengatakan bahwa kita dapat memakai orang lain sebagai cermin untuk melihat diri kita sendiri. Semakin banyak kita mengenal orang, akan semakin banyak cermin yang dapat kita pakai untuk melihat diri sendiri. Saya melihat homili ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Kitab Suci bahwa saat kita sedang menghakimi orang lain sebenarnya kita sedang menghakimi diri sendiri karena kitapun melakukan hal-hal yang sama ( bdk Rm 2 : 1, Luk 6 : 41). Persoalannya memang, apakah kita mau dan mampu menilai diri sendiri secara jujur ? Jika tidak, maka proses pertobatan hanya akan berjalan ditempat.

Kesimpulan

Perjalanan kehidupan kita sama seperti perjalanan kita menggunakan mobil. Seringkali kita harus melalui jalan-jalan yang rusak dan kotor. Tanpa disadari oleh manusia, perjalanan kehidupan ini kerap mengotori diri sendiri. Ironisnya, manusia enggan ‘keluar’ dari dirinya sendiri untuk melihat sekaligus membersihkan dirinya yang kotor.

Kitab Suci adalah sarana utama kita untuk melihat diri sendiri apa adanya, segala kekurangan kita akan terlihat jelas dengan kita memahami Kitab Suci. Juga orang-orang disekitar kita merupakan cermin yang sangat jernih untuk melihat diri sendiri dari ‘luar’ sehingga semuanya menjadi sangat jelas.

Saya yakin tulisan ini hanyalah sebagian dari sekian banyak cara agar manusia mampu melihat jati dirinya secara utuh untuk kemudian merubah dirinya untuk menjadi semakin serupa dengan Kristus.

Rabu, Januari 14, 2009

LIMA ROTI dan DUA IKAN

Sebelumnya kita sudah membahas tentang perubahan air menjadi anggur, mujizat Yesus yang pertama pada perkawinan di Kana. Kali ini saya kembali ingin membahas lagi tentang mujizat yang dilakukan Yesus, mujizat yang orang bilang sangat spektakuler. Mengapa spektakuler ? Karena Yesus berhasil memberi makan ribuan orang sampai kenyang bahkan sebanyak yang mereka suka hanya dengan lima roti dan dua ekor ikan. Tidak berhenti disitu. Sisanya dua belas bakul.

Itukan dulu ? Benar …. Itu kejadian yang dilakukan Yesus 2000 tahun yang lalu. Tetapi, cerita itu, kejadian itu, pesannya masih sangat relevan sampai sekarang. Paparan apapun yang ada di dalam Kitab Suci selalu dihidupi oleh Roh Kudus yang akan terus relevan sepanjang segala masa, tak terkecuali pada masa kita sekarang ini.

Yesus Memberi Makan Lima Ribu Orang

Perikop tentang ini dapat kita baca di Matius 14 : 13 – 21, Mrk 6 : 30 -44, Luk 9 : 10 – 17 dan juga di Yoh 6 : 1 – 13. Hampir semua orang Kristen pernah mendengar tentang mujizat ini, sebagian besar malah sudah membacanya langsung di dalam Kitab Suci. Maka dari itu saya tidak akan mengutipnya lagi secara lengkap. Seperti yang sudah-sudah, saya hanya ingin menyampaikan pesan yang tersirat pada kisah mujizat ini yang membuatnya menjadi terus relevan bahkan didalam situasi kita sekarang ini.

Pesan pertama adalah KEPEDULIAN. Injil Matius menggambarkan situasi saat itu sedemikian sunyi dan hari sudah mulai malam (Mat 14:15). Tidak hanya Yesus dan para murid-Nya yang merasa lelah, tetapi juga semua orang yang telah mengikuti mereka untuk mendengarkan pengajaran dan mendapatkan kesembuhan dari Yesus. Maka murid-murid meminta Yesus untuk menyuruh orang-orang itu pergi mencari tempat penginapan dan makanan di desa-desa sekitar (Luk 9 :12). Jawaban Yesus sungguh mengejutkan murid-murid. “Kamu harus memberi mereka makan !”. Bahkan didalam Injil Yohanes, Yesus sempat melontarkan pertanyaan untuk mencobai murid-Nya (bdk Yoh 6 : 6). Disinilah letak pesan pertama yaitu kepedulian.

Seringkali kita tidak memiliki kepekaan melihat situasi sekitar kita; di masyarakat, keluarga, teman-teman, komunitas dll. Kesunyian yang sesungguhnya - yang dialami orang-orang jaman modern saat ini adalah perasaan tidak diperhatikan, tidak dicintai, mengalami kesendirian atau mungkin sengaja disingkirkan. Mereka ada disekitar kita dan seringkali kita bersikap seperti murid-murid Yesus, meminta mereka pergi dan menyelesaikan masalah mereka sendiri – padahal kita sebenarnya mampu, sekecil apapun, membantu mereka. Kita lupa, sebuah kehadiran, seringkali mampu menyelesaikan sebuah masalah besar yang sedang dihadapi seseorang.

Pesan Kedua adalah MULAILAH DENGAN APA YANG DIMILIKI. Kita lihat ketika Yesus meminta murid-murid untuk memberi makan 5000 orang, murid-murid terkejut. Jawab mereka “Yang ada pada kami disini hanya lima roti dan dua ikan” (Mat 14 : 17). Tidak masuk diakal, para murid bingung bagaimana memberi makan 5000 orang hanya dengan lima roti dan dua ikan. Mungkin saat itu murid-murid berfikir bahwa jumlah itu untuk merekapun tidak akan cukup apalagi untuk lima ribu orang. Mereka merasa hanya memiliki sedikit sehingga tidak mungkin untuk dibagikan kepada orang lain.

Inilah gambaran kita sebagai manusia jaman modern saat ini. Seringkali kita enggan dipakai sebagai alat Tuhan hanya karena merasa tidak layak, merasa belum punya apa-apa. Kalau diminta nyumbang, nanti deh kalau sudah jadi orang kaya, jika diminta pelayanan, nanti deh kalau ada waktu atau belum pengalaman-lah dan macam-macam alasan lain. Ketika Tuhan meminta kita menjadi alat-Nya, sekecil dan sedikit apapun yang menjadi milik kita, itu sudah sangat cukup dimata Tuhan. Tuhan tahu apa yang harus dilakukan-Nya dan apa yang diminta dari umat-Nya. Bahkan Santo Paulus berani mengatakan bahwa didalam Tuhan setiap kelemahan akan menjadi kekuatan (bdk 2 Kor 12 : 9 – 10).

Pesan ketiga adalah selalu BERSYUKUR. Setelah Yesus menerima lima roti dan dua ikan dari murid-murid-NYA, Yesus menengadah ke langit, mengucap berkat dan bersyukur. Inti dari ucapan syukur adalah mengakui kebesaran Allah dan disaat yang sama kita mengakui ketidakberdayaan kita tanpa campur tangan Allah. Bersyukur juga merupakan sebuah tanda bahwa kita senantiasa membangun relasi yang erat dengan Allah. Keterbukaan hati kita kepada Allah memungkinkan Allah bekerja secara bebas didalam dan melalui diri kita. “Allah tidak menuntut kita untuk melakukan hal-hal besar, tetapi lakukanlah hal-hal kecil dengan kadar cinta yang besar”, begitu pesan Mother Teresa dari Calcuta.

Pesan keempat adalah TINDAKAN BERBAGI. Inilah langkah terakhir bagi dimungkinkannya terjadi Mujizat. Mereka menjadi kenyang setelah para murid membagi-bagikan roti. Jika tidak ada tindakan berbagi, maka 5000 orang tetap akan mengalami kelaparan. Demikian juga dengan kekayaan materi, kepandaian, kekuatan, waktu, karunia tidak akan berguna atau menjadi mujizat bagi orang lain jika hanya dipegang untuk kepentingan sendiri dan kita tidak membaginya untuk orang lain. Tindakan berbagi merupakan kebalikan dari sikap egois yaitu sebuah sikap yang hanya memikirkan keuntungan dan kenyamanan diri sendiri.

Sekecil apapun yang kita bagi bagi orang lain, entah itu materi, tenaga, waktu, apapun, jika dilandasi kepedulian, cinta dan ungkapan syukur, maka hal itu akan berguna bagi orang lain dan inilah MUJIZAT.

Mudah-mudahan, pesan-pesan ini berguna bagi kita semua. Tuhan Memberkati. Amin.




J. Hamdani Gunawan



Jumat, Januari 09, 2009

SATU TUHAN SERIBU TAFSIR

Beberapa hari yang lalu saya bertandang ke rumah makan salah satu teman saya. Salah satu cirri khas rumah makan tersebut adalah selalu tersedia buku-buku bacaan diatas meja yang maksudnya mungkin untuk mengisi waktu pengunjung selama menunggu pesanan datang. Malam itu mata saya tertuju pada satu buku berwarna dominan biru yang terletak diatas meja. Mengapa buku itu begitu menarik perhatian saya, karena judulnya yang menarik yaitu, seperti judul tulisan ini, SATU TUHAN SERIBU TAFSIR. Kemudian saya melihat logo penerbitnya yaitu KANISIUS. “Pasti buku ini bercerita tentang beragamnya paham kekristenan yang ada di muka bumi ini”, pikir saya saat itu.

Saya mengambil buku tersebut, saya terkejut. Penulisnya adalah Prof. Abdul Munir Mulkhan, seorang doktor bidang sosiologi dan tokoh Muhammadiyah dengan kata Pengantar ditulis oleh Moeslim Abdulrrahman, tokoh Islam yang sudah sangat dikenal. Bagaimana tidak terkejut, Penerbit Katolik menerbitkan buku yang ditulis oleh Tokoh Muslim. “Ini pasti menarik”, pikir saya lebih lanjut. Saya kemudian bertekat untuk membeli buku tersebut ditoko buku.

SERIBU TAFSIR DALAM KEKRISTENAN

“… doktrin kesalehan dan dosa, surga dan neraka, serta doktrin tentang iman dan kafir, perlu ditafsir ulang. Iman tidak sekedar percaya pada adanya Tuhan dengan segala sifatnya, tapi juga bukti empirik kesediaan menerima pengakuan orang lain atas Tuhan dengan cara mereka. Kesalehan tidak sekedar dilihat dari ritual formal, tapi juga dari kemanfaatan hidupnya bagi orang lain.” Bagitulah inti dari isi buku ini. Sejalan dengan apa yang ditulis dalam Surat Yakobus 2 : 17 yaitu bahwa Iman tanpa perbuatan, pada hakekatnya iman itu adalah mati.

Saya tidak akan menggali lebih dalam tentang isi buku tersebut. Saya akan kembali ke pemikiran awal saya ketika pertama kali membaca judul buku tersebut, yaitu beragamnya paham kekristenan dimuka bumi ini.

Mungkin sudah menjadi pemandangan biasa di Indonesia ini bahwa dimana ada kompleks ruko, pasti ada ‘Gereja’ disana bahkan mungkin ada beberapa sekaligus. Coba Anda jalan-jalan dikawasan Kelapa Gading Jakarta Utara. Ada puluhan ‘Gereja’ disana, dari yang sekedar ruko sederhana ataupun bangunan megah mewah. Saya pernah membaca satu artikel, bahwa didunia ini ada kurang lebih 28.000 – 30.000 denominasi ‘Gereja’. Di Indonesia, seorang Pendeta pernah mengatakan, ada kurang lebih 600 aliran denominasi Kristen. Bayangkan …. Begitu mudahnyakah orang mendirikan ‘Gereja’. Ada kisah nyata, sudah terjadi beberapa tahun yang lalu, kerabat saya sendiri. Dia seorang tokoh disalah satu denominasi Gereja dikawasan Depok. Suatu hari dia berselisih paham dengan Pendetanya dan dengan cepat mengambil keputusan untuk memisahkan diri dan membangun ‘Gereja’ baru dengan beberapa orang ‘pengikutnya’. Sekarang …. sudah bubar.


Berdasarkan beberapa gambaran diatas, saya ingin mengatakan bahwa begitu banyak orang dengan mudah menafsirkan Kitab Suci menurut pahamnya sendiri, membangun kebenarannya sendiri, membangun dogmanya sendiri dan kemudian dengan mudah mengatakan bahwa dialah yang paling benar. Padahal kitab Suci dengan tegas mengatakan bahwa “ … nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah” (2 Ptr 1 : 20-21).

Logikanya, jika ada satu kebenaran seharusnya mereka tidak memecahbelah dirinya sendiri. Perpecahan hanya akan memberi penegasan bahwa dari Kitab Suci yang satu telah lahir begitu banyak ‘konsep kebenaran’ yang telah diciptakan oleh keinginan manusia sendiri. Produk akhirnya adalah bahwa pengajaran-pengajaran yang muncul dari tafsir yang berbeda-beda ini tidak akan membawa orang sampai kepada Yesus Kristus – Sang Pribadi Termulia – Tuhan kita, tetapi berhenti hanya sebagai pengikut si ‘pengajar’. Ini yang akhirnya merebak kegiatan ‘membajak’ umat. Umat Katolik-lah yang paling sering ‘dibajak’ untuk menjadi pengikut denominasi tertentu.

GEREJA YANG SATU

Dalam buku IMAN KATOLIK – Buku Informasi dan Referensi yang diterbitkan oleh Konferensi Waligereja Indonesia dikatakan bahwa Namun ‘”hampir semua, kendati melalui aneka cara, mencita-citakan satu Gereja Allah yang kelihatan, yang sungguh bersifat universal, dan diutus keseluruh dunia”. Sebab “kesatuan yang sejak semula dianugerahkan oleh Kristus kepada Gereja-NYA. Memang diimani akan tetap ditemukan dalam Gereja Katolik”, ……. dst.

Saya akan coba sampaikan beberapa hal yang saya yakin sudah banyak dari kita yang mengetahuinya, hanya untuk menyegarkan kembali ingatan kita, yaitu bahwa Gereja Katolik adalah Gereja yang didirikan langsung oleh Yesus Kristus. Hal ini bisa kita lihat pada Mat 16 : 18 yang berbunyi “Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan diatas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya”. Kita juga dapat melihat pada Injil Yoh 21 : 15 – 19. Pada perikop ini, Yesus 3 (tiga) kali mengatakan kepada Petrus “Gembalakanlah domba-domba-Ku”. Angka 3 adalah angka sempurna.

Lalu apa kesimpulannya ? ? ?

Pertama ; Gereja Katolik adalah Gereja Kristus karena didirikan langsung oleh Kristus.

Kedua : Kristus menunjuk wakil-Nya didunia (Vicar of Christ) yaitu Petrus dan para penerusnya (kemudian disebut Paus) untuk mengembalakan jemaat-Nya dan
akan selalu menyertainya sampai akhir zaman (bdk Mat 28 : 20).

Ketiga : Yesus juga memberikan jaminan bahwa seluruh ajaran Gereja tidak akan
membawa jemaat-Nya pada kesesatan. Yesus sendiri yang menjamin bahwa
alam maut tidak akan menguasainya (bdk Mat 16 : 18).

Keempat : Yesus Kristus juga telah mempercayakan Gereja-Nya untuk menyusun Surat
Cinta kepada jemaat-jemaat-Nya yaitu KITAB SUCI.

“Paus Benediktus XVI melihat Gereja sebagai sebuah orkes simfoni.
Keduanya, baik Gereja maupun orkestra, memiliki aturan-aturan yang jelas dan tegas dan harus dijaga kestabilannya agar tetap selaras mengumandangkan keagungan dan misteri. Di dalamnya terdapat beraneka ragam instrument, namun semuanya bertujuan mengumandangkan pesan keagungan dan kemuliaan yang satu dan sama; di dalamnya juga banyak pemain, beraneka ragam aktor/tris, namun semuanya taat pada arahan dan petunjuk dari satu pemimpin tunggal”.

Sebagai penutup dan untuk meneguhkan ke-Katolik-kan kita, saya persilakan Anda untuk meng-klik link ini KUNCI PERSATUAN GEREJA

Tuhan Memberkati. Amin.