Rabu, Januari 14, 2009

LIMA ROTI dan DUA IKAN

Sebelumnya kita sudah membahas tentang perubahan air menjadi anggur, mujizat Yesus yang pertama pada perkawinan di Kana. Kali ini saya kembali ingin membahas lagi tentang mujizat yang dilakukan Yesus, mujizat yang orang bilang sangat spektakuler. Mengapa spektakuler ? Karena Yesus berhasil memberi makan ribuan orang sampai kenyang bahkan sebanyak yang mereka suka hanya dengan lima roti dan dua ekor ikan. Tidak berhenti disitu. Sisanya dua belas bakul.

Itukan dulu ? Benar …. Itu kejadian yang dilakukan Yesus 2000 tahun yang lalu. Tetapi, cerita itu, kejadian itu, pesannya masih sangat relevan sampai sekarang. Paparan apapun yang ada di dalam Kitab Suci selalu dihidupi oleh Roh Kudus yang akan terus relevan sepanjang segala masa, tak terkecuali pada masa kita sekarang ini.

Yesus Memberi Makan Lima Ribu Orang

Perikop tentang ini dapat kita baca di Matius 14 : 13 – 21, Mrk 6 : 30 -44, Luk 9 : 10 – 17 dan juga di Yoh 6 : 1 – 13. Hampir semua orang Kristen pernah mendengar tentang mujizat ini, sebagian besar malah sudah membacanya langsung di dalam Kitab Suci. Maka dari itu saya tidak akan mengutipnya lagi secara lengkap. Seperti yang sudah-sudah, saya hanya ingin menyampaikan pesan yang tersirat pada kisah mujizat ini yang membuatnya menjadi terus relevan bahkan didalam situasi kita sekarang ini.

Pesan pertama adalah KEPEDULIAN. Injil Matius menggambarkan situasi saat itu sedemikian sunyi dan hari sudah mulai malam (Mat 14:15). Tidak hanya Yesus dan para murid-Nya yang merasa lelah, tetapi juga semua orang yang telah mengikuti mereka untuk mendengarkan pengajaran dan mendapatkan kesembuhan dari Yesus. Maka murid-murid meminta Yesus untuk menyuruh orang-orang itu pergi mencari tempat penginapan dan makanan di desa-desa sekitar (Luk 9 :12). Jawaban Yesus sungguh mengejutkan murid-murid. “Kamu harus memberi mereka makan !”. Bahkan didalam Injil Yohanes, Yesus sempat melontarkan pertanyaan untuk mencobai murid-Nya (bdk Yoh 6 : 6). Disinilah letak pesan pertama yaitu kepedulian.

Seringkali kita tidak memiliki kepekaan melihat situasi sekitar kita; di masyarakat, keluarga, teman-teman, komunitas dll. Kesunyian yang sesungguhnya - yang dialami orang-orang jaman modern saat ini adalah perasaan tidak diperhatikan, tidak dicintai, mengalami kesendirian atau mungkin sengaja disingkirkan. Mereka ada disekitar kita dan seringkali kita bersikap seperti murid-murid Yesus, meminta mereka pergi dan menyelesaikan masalah mereka sendiri – padahal kita sebenarnya mampu, sekecil apapun, membantu mereka. Kita lupa, sebuah kehadiran, seringkali mampu menyelesaikan sebuah masalah besar yang sedang dihadapi seseorang.

Pesan Kedua adalah MULAILAH DENGAN APA YANG DIMILIKI. Kita lihat ketika Yesus meminta murid-murid untuk memberi makan 5000 orang, murid-murid terkejut. Jawab mereka “Yang ada pada kami disini hanya lima roti dan dua ikan” (Mat 14 : 17). Tidak masuk diakal, para murid bingung bagaimana memberi makan 5000 orang hanya dengan lima roti dan dua ikan. Mungkin saat itu murid-murid berfikir bahwa jumlah itu untuk merekapun tidak akan cukup apalagi untuk lima ribu orang. Mereka merasa hanya memiliki sedikit sehingga tidak mungkin untuk dibagikan kepada orang lain.

Inilah gambaran kita sebagai manusia jaman modern saat ini. Seringkali kita enggan dipakai sebagai alat Tuhan hanya karena merasa tidak layak, merasa belum punya apa-apa. Kalau diminta nyumbang, nanti deh kalau sudah jadi orang kaya, jika diminta pelayanan, nanti deh kalau ada waktu atau belum pengalaman-lah dan macam-macam alasan lain. Ketika Tuhan meminta kita menjadi alat-Nya, sekecil dan sedikit apapun yang menjadi milik kita, itu sudah sangat cukup dimata Tuhan. Tuhan tahu apa yang harus dilakukan-Nya dan apa yang diminta dari umat-Nya. Bahkan Santo Paulus berani mengatakan bahwa didalam Tuhan setiap kelemahan akan menjadi kekuatan (bdk 2 Kor 12 : 9 – 10).

Pesan ketiga adalah selalu BERSYUKUR. Setelah Yesus menerima lima roti dan dua ikan dari murid-murid-NYA, Yesus menengadah ke langit, mengucap berkat dan bersyukur. Inti dari ucapan syukur adalah mengakui kebesaran Allah dan disaat yang sama kita mengakui ketidakberdayaan kita tanpa campur tangan Allah. Bersyukur juga merupakan sebuah tanda bahwa kita senantiasa membangun relasi yang erat dengan Allah. Keterbukaan hati kita kepada Allah memungkinkan Allah bekerja secara bebas didalam dan melalui diri kita. “Allah tidak menuntut kita untuk melakukan hal-hal besar, tetapi lakukanlah hal-hal kecil dengan kadar cinta yang besar”, begitu pesan Mother Teresa dari Calcuta.

Pesan keempat adalah TINDAKAN BERBAGI. Inilah langkah terakhir bagi dimungkinkannya terjadi Mujizat. Mereka menjadi kenyang setelah para murid membagi-bagikan roti. Jika tidak ada tindakan berbagi, maka 5000 orang tetap akan mengalami kelaparan. Demikian juga dengan kekayaan materi, kepandaian, kekuatan, waktu, karunia tidak akan berguna atau menjadi mujizat bagi orang lain jika hanya dipegang untuk kepentingan sendiri dan kita tidak membaginya untuk orang lain. Tindakan berbagi merupakan kebalikan dari sikap egois yaitu sebuah sikap yang hanya memikirkan keuntungan dan kenyamanan diri sendiri.

Sekecil apapun yang kita bagi bagi orang lain, entah itu materi, tenaga, waktu, apapun, jika dilandasi kepedulian, cinta dan ungkapan syukur, maka hal itu akan berguna bagi orang lain dan inilah MUJIZAT.

Mudah-mudahan, pesan-pesan ini berguna bagi kita semua. Tuhan Memberkati. Amin.




J. Hamdani Gunawan



Jumat, Januari 09, 2009

SATU TUHAN SERIBU TAFSIR

Beberapa hari yang lalu saya bertandang ke rumah makan salah satu teman saya. Salah satu cirri khas rumah makan tersebut adalah selalu tersedia buku-buku bacaan diatas meja yang maksudnya mungkin untuk mengisi waktu pengunjung selama menunggu pesanan datang. Malam itu mata saya tertuju pada satu buku berwarna dominan biru yang terletak diatas meja. Mengapa buku itu begitu menarik perhatian saya, karena judulnya yang menarik yaitu, seperti judul tulisan ini, SATU TUHAN SERIBU TAFSIR. Kemudian saya melihat logo penerbitnya yaitu KANISIUS. “Pasti buku ini bercerita tentang beragamnya paham kekristenan yang ada di muka bumi ini”, pikir saya saat itu.

Saya mengambil buku tersebut, saya terkejut. Penulisnya adalah Prof. Abdul Munir Mulkhan, seorang doktor bidang sosiologi dan tokoh Muhammadiyah dengan kata Pengantar ditulis oleh Moeslim Abdulrrahman, tokoh Islam yang sudah sangat dikenal. Bagaimana tidak terkejut, Penerbit Katolik menerbitkan buku yang ditulis oleh Tokoh Muslim. “Ini pasti menarik”, pikir saya lebih lanjut. Saya kemudian bertekat untuk membeli buku tersebut ditoko buku.

SERIBU TAFSIR DALAM KEKRISTENAN

“… doktrin kesalehan dan dosa, surga dan neraka, serta doktrin tentang iman dan kafir, perlu ditafsir ulang. Iman tidak sekedar percaya pada adanya Tuhan dengan segala sifatnya, tapi juga bukti empirik kesediaan menerima pengakuan orang lain atas Tuhan dengan cara mereka. Kesalehan tidak sekedar dilihat dari ritual formal, tapi juga dari kemanfaatan hidupnya bagi orang lain.” Bagitulah inti dari isi buku ini. Sejalan dengan apa yang ditulis dalam Surat Yakobus 2 : 17 yaitu bahwa Iman tanpa perbuatan, pada hakekatnya iman itu adalah mati.

Saya tidak akan menggali lebih dalam tentang isi buku tersebut. Saya akan kembali ke pemikiran awal saya ketika pertama kali membaca judul buku tersebut, yaitu beragamnya paham kekristenan dimuka bumi ini.

Mungkin sudah menjadi pemandangan biasa di Indonesia ini bahwa dimana ada kompleks ruko, pasti ada ‘Gereja’ disana bahkan mungkin ada beberapa sekaligus. Coba Anda jalan-jalan dikawasan Kelapa Gading Jakarta Utara. Ada puluhan ‘Gereja’ disana, dari yang sekedar ruko sederhana ataupun bangunan megah mewah. Saya pernah membaca satu artikel, bahwa didunia ini ada kurang lebih 28.000 – 30.000 denominasi ‘Gereja’. Di Indonesia, seorang Pendeta pernah mengatakan, ada kurang lebih 600 aliran denominasi Kristen. Bayangkan …. Begitu mudahnyakah orang mendirikan ‘Gereja’. Ada kisah nyata, sudah terjadi beberapa tahun yang lalu, kerabat saya sendiri. Dia seorang tokoh disalah satu denominasi Gereja dikawasan Depok. Suatu hari dia berselisih paham dengan Pendetanya dan dengan cepat mengambil keputusan untuk memisahkan diri dan membangun ‘Gereja’ baru dengan beberapa orang ‘pengikutnya’. Sekarang …. sudah bubar.


Berdasarkan beberapa gambaran diatas, saya ingin mengatakan bahwa begitu banyak orang dengan mudah menafsirkan Kitab Suci menurut pahamnya sendiri, membangun kebenarannya sendiri, membangun dogmanya sendiri dan kemudian dengan mudah mengatakan bahwa dialah yang paling benar. Padahal kitab Suci dengan tegas mengatakan bahwa “ … nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah” (2 Ptr 1 : 20-21).

Logikanya, jika ada satu kebenaran seharusnya mereka tidak memecahbelah dirinya sendiri. Perpecahan hanya akan memberi penegasan bahwa dari Kitab Suci yang satu telah lahir begitu banyak ‘konsep kebenaran’ yang telah diciptakan oleh keinginan manusia sendiri. Produk akhirnya adalah bahwa pengajaran-pengajaran yang muncul dari tafsir yang berbeda-beda ini tidak akan membawa orang sampai kepada Yesus Kristus – Sang Pribadi Termulia – Tuhan kita, tetapi berhenti hanya sebagai pengikut si ‘pengajar’. Ini yang akhirnya merebak kegiatan ‘membajak’ umat. Umat Katolik-lah yang paling sering ‘dibajak’ untuk menjadi pengikut denominasi tertentu.

GEREJA YANG SATU

Dalam buku IMAN KATOLIK – Buku Informasi dan Referensi yang diterbitkan oleh Konferensi Waligereja Indonesia dikatakan bahwa Namun ‘”hampir semua, kendati melalui aneka cara, mencita-citakan satu Gereja Allah yang kelihatan, yang sungguh bersifat universal, dan diutus keseluruh dunia”. Sebab “kesatuan yang sejak semula dianugerahkan oleh Kristus kepada Gereja-NYA. Memang diimani akan tetap ditemukan dalam Gereja Katolik”, ……. dst.

Saya akan coba sampaikan beberapa hal yang saya yakin sudah banyak dari kita yang mengetahuinya, hanya untuk menyegarkan kembali ingatan kita, yaitu bahwa Gereja Katolik adalah Gereja yang didirikan langsung oleh Yesus Kristus. Hal ini bisa kita lihat pada Mat 16 : 18 yang berbunyi “Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan diatas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya”. Kita juga dapat melihat pada Injil Yoh 21 : 15 – 19. Pada perikop ini, Yesus 3 (tiga) kali mengatakan kepada Petrus “Gembalakanlah domba-domba-Ku”. Angka 3 adalah angka sempurna.

Lalu apa kesimpulannya ? ? ?

Pertama ; Gereja Katolik adalah Gereja Kristus karena didirikan langsung oleh Kristus.

Kedua : Kristus menunjuk wakil-Nya didunia (Vicar of Christ) yaitu Petrus dan para penerusnya (kemudian disebut Paus) untuk mengembalakan jemaat-Nya dan
akan selalu menyertainya sampai akhir zaman (bdk Mat 28 : 20).

Ketiga : Yesus juga memberikan jaminan bahwa seluruh ajaran Gereja tidak akan
membawa jemaat-Nya pada kesesatan. Yesus sendiri yang menjamin bahwa
alam maut tidak akan menguasainya (bdk Mat 16 : 18).

Keempat : Yesus Kristus juga telah mempercayakan Gereja-Nya untuk menyusun Surat
Cinta kepada jemaat-jemaat-Nya yaitu KITAB SUCI.

“Paus Benediktus XVI melihat Gereja sebagai sebuah orkes simfoni.
Keduanya, baik Gereja maupun orkestra, memiliki aturan-aturan yang jelas dan tegas dan harus dijaga kestabilannya agar tetap selaras mengumandangkan keagungan dan misteri. Di dalamnya terdapat beraneka ragam instrument, namun semuanya bertujuan mengumandangkan pesan keagungan dan kemuliaan yang satu dan sama; di dalamnya juga banyak pemain, beraneka ragam aktor/tris, namun semuanya taat pada arahan dan petunjuk dari satu pemimpin tunggal”.

Sebagai penutup dan untuk meneguhkan ke-Katolik-kan kita, saya persilakan Anda untuk meng-klik link ini KUNCI PERSATUAN GEREJA

Tuhan Memberkati. Amin.