Sabtu, November 22, 2008

LUKAS 19 : 1 -10 ; sebuah refleksi keimanan

Bagi yang belum sempat membaca perikop diatas, baiklah sedikit saya ulas mengenai isinya. Perikop ini bercerita tentang seorang kepala pemungut cukai yang bernama Zakheus, dia seorang yang kaya, yang karena badannya yang pendek, berusaha melihat Yesus yang saat itu sedang masuk ke kota Yerikho dengan cara memanjat pohon Ara. Yesus melihat Zakheus diatas pohon dan mengatakan kepadanya bahwa hari ini Yesus harus menumpang di rumahnya.

Tidak berhenti disitu. Setelah menerima Yesus dirumahnya, Zakheus mengatakan bahwa dia akan memberikan setengah dari miliknya untuk orang miskin dan akan mengembalikan empat kali lipat kepada mereka yang diperasnya. Lalu Yesus mengatakan bahwa telah terjadi keselamatan dirumah ini karena orang inipun anak Abraham.

Dikatakan juga dalam perikop diatas bahwa ketika Yesus mengatakan bahwa Ia akan menumpang di rumah Zakheus banyak orang bersungut-sungut tentang rencana Yesus ini, kata mereka ; “ Ia menumpang di rumah orang berdosa ? ”. Zakheus sebagai kepala pemungut cukai memang sangat dibenci oleh orang Yahudi. Kepala pemungut cukai adalah kepanjangan tangan bangsa penjajah Romawi untuk mengambil pajak dari rakyat yang dijajahnya. Zakheus di cap sebagai orang berdosa karena dia sudah bertindak menghianati bangsanya, bekerja untuk bangsa kafir (Romawi) dan menindas bangsanya sendiri. Dengan demikian Zakheus dianggap telah bertindak tidak sesuai dengan predikatnya sebagai “bangsa terpilih”.

REFLEKSI KEIMANAN

Saudara saudariku yang terkasih, saya melihat ada 3 hal penting yang tersirat dari perikop ini sebagai sebuah refleksi keimanan kita. Refleksi ini menjadi penting untuk melihat sejauh mana dan seberapa benar perjalanan keimanan kita selama ini. Refleksi juga menjadi penting karena memberi kesempatan kepada kita untuk cepat berbalik jika, mudah-mudahan tidak, ternyata selama ini kita mengambil langkah dan jalan yang belum sesuai dengan rencana dan kehendak Tuhan sendiri.

Refleksi pertama. Pada perikop ini kita melihat bagaimana Zakheus berusaha untuk melihat Yesus (ayat 3). Kata kuncinya adalah berusaha. Kata berusaha mengacu pada suatu tindakan aktif yang sungguh-sungguh. Disini Zakheus berusaha sungguh-sungguh untuk melihat dan mendekat kepada Yesus yang saat itu sedang memasuki kota Yerikho. Zakheus tidak duduk berpangku tangan, diam dirumah menunggu Yesus datang dan menghampirinya. Dia berlari untuk mencari posisi yang tepat untuk melihat Yesus.

Disatu sisi kita melihat sikap Yesus yang sangat aktif mendatangi setiap orang perlu diselamatkan-Nya. Yesus tidak datang ke dunia dengan hanya duduk diam dan menantikan setiap orang datang kepada-Nya untuk memperoleh keselamatan. Yesus aktif berkeliling, mencari domba-domba-Nya yang hilang. Disisi lain, kita juga melihat adanya peran aktif dari si pendosa/manusia untuk juga berlari dan datang kepada Yesus. Perlu usaha yang sungguh dari manusia untuk mendekat dan datang kepada Yesus untuk kemudian mengenal-Nya lebih dalam lagi. Yesus tidak bisa sendirian menyelamatkan manusia. Yesus memerlukan tanggapan positif dan kerjasama dari manusia. Yesus memerlukan komitmen manusia bahwa ia sungguh-sungguh ingin diselamatkan.

Refleksi apa yang bisa kita pakai untuk melihat diri sendiri saat ini ? Mari kita lihat, sudahkan kita saat ini sedang berusaha sungguh-sungguh untuk mencari dan mengenal siapa Yesus yang sebenarnya dan apakah peran-Nya dalam kehidupan kita ? Apakah kalau kita retreat kita sedang berusaha sungguh-sungguh ingin mempertebal iman kita atau hanya untuk rekreasi ? Apakah kalau masuk bergabung dengan suatu komunitas atau kelompok kita sedang berusaha sungguh-sungguh ingin bertumbuh bersama dalam iman atau sekedar adu gengsi karena kelompok tersebut terkenal ? Kalau kita ke Gereja apakah sekedar karena status kita yang Katolik atau karena ada kerinduan yang sungguh untuk bertemu dengan Yesus didalam Ekaristi ? Sejauh mana saat ini kita berusaha sungguh-sungguh untuk mengenal Yesus melalui Kitab Suci dan Ajaran Gereja ? Kalau ingin digali lebih dalam lagi masih banyak pertanyaan-pertanyaan lain yang dapat muncul untuk melihat sejauh mana kita berusaha sungguh-sungguh untuk mengenal Yesus sang Penyelamat itu.

Refleksi kedua. Ketika Zakheus berusaha sungguh-sungguh untuk melihat Yesus, ia terkendala oleh satu kelemahan yaitu bahwa ia seorang yang badannya pendek (ayat 3).

Didalam upaya kita untuk mencari dan mengenal Yesus lebih dalam lagi kita juga sering menghadapi kendala. Kendala ini menghambat pencarian kita untuk melihat dan mengenal Yesus lebih jauh lagi. Kita lihat contoh Zakheus. Usahanya yang sungguh-sungguh untuk mencari dan melihat sosok Yesus memberinya kekuatan untuk melepaskan diri dari segala kelemahannya. Kalau Zakheus tetap pada kelemahannya (badan pendek) dan tidak berusaha sungguh-sungguh mengatasi kelemahannya dengan memanjat pohon Ara (ayat 4), maka dia tidak akan pernah melihat Yesus. Lalu apa yang menjadi kelemahan kita sebagai manusia modern saat ini ? Sudah tidak asing lagi, kita mengenal istilah BONGKIBULGELIMANA (sering juga kita menyebutnya 7 dosa pokok) akronim dari KesomBONGan, KIkir, caBUL, GELojo/keserakahan, Iri hati, MAlas dan MArah. Setiap manusia mempunyai satu atau lebih kelemahan yang cenderung dominan. Melalui kelemahan yang dominan inilah biasanya setan menjerumuskan manusia jauh lebih dalam ke dalam dosa, biasanya tanpa manusia menyadarinya.

Dosa inilah yang oleh Nabi Yesaya dikatakan sebagai sesuatu yang menghalangi tangan Tuhan untuk menyelamatkan kita, dosa juga yang membuat doa kita tidak ‘terdengar’ oleh Tuhan, dosa juga yang memisahkan manusia dengan Allah-nya (bdk Yes 59 : 1-2). Seperti Zakheus, ketika kita mau melepaskan diri dari kelemahan kita, maka kita akan segera terlihat dengan jelas oleh Yesus dan Yesus akan segera menawarkan diri-Nya untuk tinggal di hati kita.

Refleksi ketiga. Apa yang dikatakan Zakheus ketika telah menerima Tuhan didalam rumahnya. Ayat 8 mengatakan dengan jelas bahwa Zakheus akan menyerahkan setengah dari miliknya kepada orang miskin dan akan mengembalikan empat kali lipat kepada mereka yang telah diperasnya. Apa yang ingin digambarkan dengan tindakan Zakheus disini adalah bahwa ketika seseorang telah menerima Yesus dengan sungguh didalam hatinya, hal kemudian yang akan dilakukannya adalah membangun kepedulian kepada sesama sekaligus memperbaiki relasi yang rusak dengan sesamanya. Tentang hal ini, Yesus juga pernah mengingatkan kita tentang 2 (dua) Hukum Utama yaitu mencintai Allah dan sesama pada saat yang sama (bdk Mat 22 : 34 – 40). Rasul Yohanes pun dalam suratnya yang pertama mengingatkan kita bahwa jika seseorang mengaku berada dalam terang tetapi membenci saudaranya, sebenarnya ia masih berada didalam kegelapan (bdk 1 Yoh 1 : 9).

Refleksi ketiga ini mau mengundang kita masuk lebih dalam ke dalam diri sendiri untuk melihat sejauh mana kepedulian dan relasi kita dengan sesama. Apakah kehadiran kita di dalam keluarga, lingkungan atau komunitas sungguh menyejukkan, membangun kerukunan, pembawa damai, menggembalakan ? Atau sebaliknya, sosok kita menjadi sosok yang nyebelin, selalu mendominasi, tak terbantahkan, pemecah belah, mau menang sendiri ?

Secara radikal saya mau mengatakan bahwa kepedulian dan relasi kita dengan sesama merupakan tolok ukur untuk melihat sejauh mana kesungguhan kita dalam mencari dan mengenal Yesus (refleksi pertama) sekaligus juga untuk mengukur kesungguhan kita apakah kita sungguh mau melepaskan diri kita dari segala kelemahan kita (refleksi kedua) demi cinta kepada Yesus

Yesus Kristus Penyelamat kita adalah sebuah contoh yang sangat sempurna yang menggambarkan kesempurnaan relasi dengan Allah yang tercermin melalui kesempurnaan relasi-Nya dengan sesame manusia. Dengan pertolongan dan kekuatan dari Yesus sendiri, mari kita memulainya, kalau memang kita belum pernah memulainya, meneladan Tuhan dan Guru kita.

KESIMPULAN

Perikop tentang Zakheus ini memberi pesan yang mendalam bagi kita umat Katolik untuk melakukan sebuah refleksi keimanan kita. Sikap Zakheus yang mau dengan sungguh mencari dan melihat sosok Yesus secara utuh (refleksi pertama) memberinya kekuatan untuk mau melepaskan diri dari segala kelemahannya (refleksi kedua). Kedua tindakan yang didasari oleh kesungguhan yang besar ini akhirnya mengundang Yesus menawarkan diri-Nya untuk hadir di dalam rumahnya. Kehadiran Yesus di dalam rumah Zakheus (baca didalam hati kita) akhirnya secara radikal merubah Zakheus yang kemudian berniat membangun kepedulian kepada sesama sekaligus membangun kembali relasi dengan sesamanya yang selama ini telah rusak.

Sikap Zakheus dalam perikop ini dapat menjadi cermin yang baik untuk melihat kehidupan keimanan kita selama ini. Kalau selama ini kita menjalani keimanan kita tanpa kita pernah merefleksikan dan mengukurnya, Zakheus telah menjadi contoh yang sangat baik.

Tuhan Memberkati

1 komentar:

  1. Sebuah ulasan yang sangat menarik dan detail. Sangat berguna bagi saya yang masih harus banyak belajar mengenal Tuhan. Dengan membaca ulasan diatas kembali mengingatkan saya akan banyaknya kekurangan dan dosa yang setiap hari saya lakukan yang membuat Tuhan bersedih. Semoga dengan lebih sering membaca ulasan seperti hidup saya bisa menjadi lebih baik dimata Tuhan.

    BalasHapus