Selasa, November 18, 2008

PELAYANAN

Pertama kita mendengar kata pelayan, pikiran kita langsung mengarah kepada pekerjaan seseorang yang yang mempunyai tugas untuk membawakan sesuatu yang dibutuhkan oleh orang lain. Misalnya saja pelayan restauran. Tugasnya adalah membawa dan menyediakan pesanan pangunjung restauran tersebut dan menyajikannya diatas meja. Pelayan rumah tangga atau bisa kita menyebutnya pembantu rumah tangga, tugas hariannya adalah membuat rumah agar selalu terlihat bersih, rapih. Tidak hanya itu, pembantu rumah tangga juga biasanya mencuci, menstrika pakaian agar pakaian selalu siap dipakai oleh majikannya. Singkat cerita, pekerjaan pelayan adalah membuat orang yang dilayaninya menjadi seperti raja, mau makan – tinggal makan, mau pakai baju – tinggal pakai, rumah – tahu beres. Sepertinya berat sekali tugas pelayan itu.

DASAR PELAYANAN KRISTEN
Sebagai seorang Kristen, sering kita mendengar kata-kata ‘pelayanan’ terutama bagi mereka yang aktif di dalam Gereja. Pelayan bagi orang Kristen mempunyai banyak ‘bentuk’. Seseorang yang berkotbah menyebut dirinya melayani, sebagai team doa – juga melayani, sebagai tatib – juga melayani, dan masih banyak lagi bentuk-bentuk pelayanan. Lalu apa sih sebenarnya pelayan-pelayan Kristen itu ?

Dalam suratnya yang pertama kepada jemaat di Korintus, Santo Paulus mengatakan “ ……………….. Selanjutnya mereka yang mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, untuk menyembuhkan, untuk melayani, untuk memimpin dan untuk berkata-kata dalam bahasa Roh (1 kor 12 : 28b)”. Juga dalam suratnya yang kedua kepada jemaat di Korintus Santo Paulus mengatakan “ …….., supaya mereka juga beroleh kasih karunia untuk mengambil bagian dalam pelayanan kepada orang-orang kudus. (2 Kor 8 : 4)”. Kepada jemaat di Efesus, Santo Paulus juga mengatakan hal yang sama. “ Dari Injil itu aku telah menjadi pelayannya menurut pemberian kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku sesuai dengan pengerjaan kuasa-Nya” (Ef. 3 : 7). Dari ketiga bacaan diatas, jelas dikatakan bahwa pelayanan adalah karunia yang diberikan Allah kepada kita.

Selanjutnya mari kita belajar dari Yesus sendiri. Saya coba kutip dari Matius 20 : 28 yang berbunyi “sama seperti anak manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang”. Hal yang sama juga dapat kita baca pada Markus 10 : 45. Apa yang dilakukan sekaligus diperjuangkan oleh Yesus selama hidup-Nya didunia bukanlah untuk mencari popularitas atau kekuasaan duniawi, tetapi yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan (Flp 2 ; 6). Yang Dia lakukan justru meninggalkan kemuliaan surgawi yang tak terbatas masuk ke dalam keterbatasan kehidupan sebagai manusia. “Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib (Flp 2 : 8)”. Apa yang mau Yesus katakan disini adalah totalitas tanpa pamrih. Allah Putra mau meninggalkan kemuliaan surga menjadi manusia, melayani ciptaan-Nya sendiri dalam arti mau menjadi kurban penebus, agar manusia, ciptaan-Nya itu, boleh kembali menyandang citra-Nya sendiri. L u a r b i a s a ……. Inilah KASIH.

Di dalam Katekismus Gereja Katolik (No. 1213) dikatakan Pembaptisan suci adalah dasar seluruh kehidupan Kristen, pintu masuk menuju kehidupan dalam Roh. Oleh pembaptisan, kita dibebaskan dari dosa dan dilahirkan kembali sebagai putera-puteri Allah; kita menjadi anggota-anggota Kristus, dimasukkan ke dalam Gereja dan ikut serta dalam perutusannya : “Pembaptisan adalah Sakramen kelahiran kembali oleh air dalam sabda”.

Sakramen Baptis juga disebut “ ……. permandian kelahiran kembali dan pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus (Tit 3 : 5) “. Santo Paulus, dalam Kis. 2 : 38 mengatakan “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus”.

Dari beberapa uraian diatas, kita dapat kita simpulkan beberapa hal :

Pertama, pelayanan adalah suatu karunia yang diberikan Roh Tuhan kepada tiap-tiap orang orang secara khusus, seperti yang di kehendaki-Nya (bdk 1 Kor 12 : 11) dan untuk kepentingan bersama (bdk 1 Kor 12 : 7). Karena manusia memperoleh karunia-karunia itu dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula karunia itu dengan cuma-cuma (bdk Mat. 10 : 8b) dan melakukannya dengan kekuatan yang dianugerahkan Allah, supaya Allah dimuliakan dalam segala sesuatu karena Yesus Kristus (1 Ptr 4 : 11). Karena ini adalah karunia, maka tidak ada alasan untuk memegahkan diri – hendaklah tetap rendah hati.
Kedua, seperti Kristus, pelayanan juga harus dilakukan dengan totalitas penuh, artinya, apapun bentuk pelayanannya, harus dilakukan dengan kesadaran penuh bahwa ini dilakukan demi cinta kita kepada Yesus dan sesama. Semangat pelayanan hendaknya murni untuk melayani Tuhan, bukan untuk kepentingan diri sendiri (Statuta KTM No. 62.1), bukan sekedar kewajiban, atau ada perasaan tidak enak kepada orang-orang tertentu atau mungkin sekedar mengisi waktu luang. Lebih bahaya lagi kalau pelayanan dilakukan supaya mendapat pujian dari orang lain atau untuk mendapatkan popularitas. Orang-orang yang kita layani harus merasakan buah-buah Roh. Seperti pohon yang memiliki buah yang baik dan berlimpah, sebagian besar dinikmati oleh orang lain bukan untuk dirinya sendiri.
Ketiga, pelayanan adalah salah wujud keikutsertaan kita didalam tugas perutusan. Seperti Kristus keluar dari Surga, datang kepada manusia untuk membagi kasih dan membawa manusia kepada keselamatan. Sama seperti Yesus yang datang kedunia untuk melayani manusia, membagi kasih dan membawa keselamatan, kita orang-orang Kristen sebagai murid-murid Yesus juga dipanggil untuk hal yang sama. Kita harus keluar dari diri sendiri, menjadi seorang utusan dan menjadi hamba bagi orang lain. “ ….. sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.” (Yoh 20 : 21). Pelayanan juga berarti pewartaan. Kita yang sudah mengalami kasih Allah, juga ingin membawa orang lain pada pengalaman Kasih Allah yang sama itu (Misi KTM).

PELAYANAN DI DALAM KOMUNITAS

Menurut Statutanya, Komunitas Tritunggal Mahakudus (KTM) lahir di dalam Gereja sebagai komunitas awam yang berinspirasikan pada Komunitas Kristiani yang pertama, untuk melayani umat Allah dimana Doa dan Kontemplasi serta peresapan Sabda Allah dan keterbukaan terhadap Roh Kudus dengan segala karuniaNya menduduki tempat yang sentral dalam hidup berkomunitas (Statuta No. 05, 06 dan 07).

Sebagai sebuah komunitas, maka tumbuh kembangnya komunitas sangat tergantung pada peran aktif masing-masing anggotanya. Karena norma tertinggi untuk hidup di dalam komunitas adalah teladan Yesus Kristus sendiri dan keterbukaan terhadap karunia Roh Kudus, maka bertumbuhnya komunitas akan sejalan dengan semakin bertumbuhnya karunia-karunia yang dimiliki oleh masing-masing anggotanya.

Pelayan, sebagai Pemimpin Komunitas, sangat berperan besar disini. Pelayan dipanggil untuk mengambil bagian dalam karya penggembalaan Kristus secara istimewa (Statuta No. 42). Dan sebagai gembala, pelayan diminta untuk menggembalakan kawanan domba Allah yang ada padanya, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah dan hendaknya menjadi teladan bagi kawanan domba itu (bdk 1 Ptr 5 2-3).

Pelayan, pada semua tingkatan, harus peka melihat karunia-karunia yang berbeda-beda yang ada pada anggota-anggotanya, membuatnya semakin bertumbuh dalam kasih dan kerendahan hati, baik melalui pembinaan-pembinaan, kesempatan melayani didalam maupun diluar komunitas dalam berbagai bentuknya. Kesempatan melayani baik dalam bentuk pelayanan doa, pewartaan maupun dalam bentuk lainnya (tatib, catcher, figure dll) merupakan kesempatan yang baik untuk menguji sejauh mana seorang anggota komunitas telah bertumbuh dalam kasih dan kerendahan hati. Sebab bertumbuhnya karunia-karunia yang berbeda yang dimiliki oleh tiap-tiap anggota akan membuat komunitas tersebut menjadi tubuh yang lengkap dan hidup.

Ini hanya mungkin jika Pelayan secara aktif mau memantau perkembangan (masing-masing) anggota komunitasnya dan selalu berada dekat dengan mereka. Seorang Pelayan bukanlah seorang yang duduk pada ‘menara gading’ yang hanya menunggu laporan dan meminta anggotanya memperbaiki dirinya sendiri. Seorang Pelayan harus mau mengasuh domba-dombanya (Statuta No. 43). Inilah pengorbanan seorang pelayan disamping harus menjadi teladan bagi yang lain. Rahmat kebijaksanaan sangat dibutuhkan oleh seorang Pelayan didalam komunitas. Mati hidupnya Komunitas sangat tergantung pada semangat dan dedikasi para Pelayannya.

KESIMPULAN

Pertama kita mendengar kata Pelayan, pikiran kita langsung terarah pada tindakan-tindakan apa yang bisa kita lakukan untuk orang lain. Sebagai seorang Kristen, kata pelayanan membawa pikiran kita mengarah pada suatu definisi dimana kita melakukan suatu tindakan kebaikan kepada orang lain tanpa pamrih apapun. Apa cukup kesimpulan seperti itu ?

Pelayanan Kristen harus didasarkan pada beberapa hal : Pertama, pelayanan harus disadari sebagai suatu karunia cuma-cuma yang diberikan Allah kepada kita untuk kita pakai sesuai dengan kehendakNya. Kedua, pelayanan harus dilakukan dengan totalitas penuh. Semangat pelayanan hendaknya murni untuk melayani Tuhan, bukan untuk kepentingan diri sendiri, seturut teladan Yesus sendiri. Ketiga, pelayanan adalah salah wujud keikutsertaan kita didalam tugas perutusan. Kita harus keluar dari diri sendiri, menjadi seorang utusan dan menjadi hamba bagi orang lain.

Didalam komunitas (KTM) bertumbuhnya komunitas akan sejalan dengan semakin bertumbuhnya karunia-karunia yang dimiliki oleh masing-masing anggotanya. Sebab bertumbuhnya karunia-karunia yang berbeda yang dimiliki oleh tiap-tiap anggota akan membuat komunitas tersebut menjadi tubuh yang lengkap dan hidup. Pelayan, pada semua tingkatan, harus peka melihat karunia-karunia yang berbeda-beda yang ada pada anggota-anggotanya dan membuatnya semakin bertumbuh dalam kasih dan kerendahan hati. Seorang Pelayan harus mau mengasuh domba-dombanya dan menjadi teladan karena mati hidupnya Komunitas sangat tergantung pada semangat dan dedikasi para Pelayannya.
Tuhan Memberkati. Amin

3 komentar:

  1. Saya mau bertanya bagaimana cara memilih seorang Pelayan yang baik karena ini sungguh akan menentu
    kan pertumbuhan rohani bagi anggota dibawahnya?

    BalasHapus
  2. Kita memang tidak akan pernah mampu melihat isi hati seseorang. Yang penting adalah setiap kita, apapun posisinya didalam komunitas, hiduplah seturut apa yang Kristus kehendaki dan tetap menjadi pribadi yang terbuka pada setiap ajaran kebenaran Gereja dan pola hidup komunitas.

    BalasHapus
  3. Jadi memang harus belajar banyak untuk dapat menentukan pelayan yang kita ajukan agar mendekati tugas yg menjadi bebannya bukan berdasarkan senang atau tidak senang untuk pribadi kita.Nah kalau setiap anggota dapat
    menyadari hidup seperti yang dikehendaki Kristus
    tidaklah diperlukan lagi pengembalaan .

    BalasHapus